hmm..
mungkin teman-teman sekalian sudah sering mendengar kata yang satu
ini....
Astronomi
berasal dari bahasa yunani yaitu astro dan nomos yang berarti ilmu bintang.
Astronomi
merupakan ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi
dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang
bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka.
Pada
bagian awal sejarahnya, astronomi memerlukan hanya pengamatan dan ramalan
gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. pada awal
perkembangannya, astronomi digunakan untuk menentukan pergerakan benda-benda langit
serta pergantian rasi bintang di langit malam,
Penelitian
astronomi hampir berhenti selama abad pertengahan, kecuali penelitian astronom Arab. Pada akhir abad ke-9 astronom Muslim al-Farghani
(Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara
ekstensif tentang gerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin di abad ke-12. Pada akhir abad ke-10, observatorium yang sangat besar dibangun di dekat Teheran, Iran, oleh astronom al-Khujandi yang
mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang memungkinkan untuk
menghitung sudut miring dari gerhana. Di Parsi, Umar Khayyām (Ghiyath al-Din Abu’l-Fath Umar ibn Ibrahim
al-Nisaburi al-Khayyami) menyusun banyak tabel astronomis dan melakukan
reformasi kalender yang lebih tepat daripada Kalender Julian dan mirip dengan Kalender Gregorian.
Pada
beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal juga menyusun
artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium purba ini jamaknya bertujuan
seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan untuk menentukan musim, cuaca, dan
iklim atau
memahami panjang tahun.
Sebelum
ditemukannya peralatan seperti teleskop, penelitian harus dilakukan dari atas
bangunan-bangunan atau dataran yang tinggi, semua dengan mata telanjang.
Seiring dengan berkembangnya peradaban, terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir,
Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang mulai membangun observatorium
dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta mulai ramai diperiksa. Umumnya,
astronomi awal disibukkan dengan pemetaan letak-letak bintang dan planet
(sekarang disebut astrometri), kegiatan yang akhirnya
melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda langit dan
pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan, dan Bumi. Bumi kemudian dianggap sebagai
pusat jagat raya, sedang Matahari, Bulan, dan bintang-bintang berputar
mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai model geosentris, atau sistem Ptolemaik
(dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemaus).
Dimulainya astronomi yang berdasarkan
perhitungan matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-orang Babilonia.
Mereka menemukan bahwa gerhana bulan memiliki sebuah siklus yang
teratur, disebut siklus saros. Mengikuti jejak
astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan kemudian berhasil dicapai
oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri sekitarnya. Astronomi
Yunani sedari awal memang bertujuan untuk menemukan penjelasan yang rasional
dan berbasis fisika untuk fenomena-fenomena angkasa. Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos dari Samos
melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak antara Bumi dan Bulan, dan
kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris. Pada abad ke-2
SM, Hipparkhos
berhasil menemukan gerak presesi, juga
menghitung ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus
membuat alat-alat penelitian astronomi paling awal seperti astrolab. Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan utara
sekarang masih didasarkan atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui
katalog yang waktu itu mencakup 1.020 bintang Mekanisme
Antikythera yang terkenal (ca. 150-80 SM) juga berasal dari
periode yang sama: komputer analog yang
digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada tanggal
tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14,
ketika jam-jam
astronomi mulai bermunculan di Eropa.
Di
Eropa sendiri selama Abad Pertengahan astronomi
sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan pesat
terjadi di dunia Islam dan beberapa peradaban
lainnya, ditandai dengan dibangunnya observatorium-observatorium di belahan
dunia sana pada awal abad ke-9. Pada tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi terbesar di Grup Lokal)
dan mencatatnya dalam Book of Fixed
Stars (Kitab Suwar al-Kawakib). Supernova SN 1006, ledakan
bintang paling terang dalam
catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom Mesir Ali bin Ridwan
dan sekumpulan astronom Cina yang terpisah pada tahun yang sama (1006 M).
Astronom-astronom besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia
dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah, Al-Sufi, Ibnu Balkhi,
Al-Biruni, Al-Zarqali,
Al-Birjandi,
serta astronom-astronom dari observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand. Melalui era inilah nama-nama bintang yang
berdasarkan bahasa Arab diperkenalkan. Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya
dan Timbuktu juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan
observatorium.
0 komentar:
Posting Komentar